Sabtu, 08 Oktober 2011

Dilema Demokratisasi Ala Indonesia




HARAPAN RAKYAT MENURUN DISAAT HARAPAN ELIT MENINGKAT


“ Menakar Kembali Substansi Pelaksanaan Demokratisasi Politik di Indonesia
Melalui Pelaksanaan Sarasehan oleh KPU Kabupaten Nias untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih di Dalam setiap Proses Pemilihan Umum Nasional dan Daerah “


Pada saat ini, para penyelenggara Pemilu di berbagai tingkatan di Indonesia dilanda ketidakpuasan oleh karena jumlah partisipasi pemilih dalam beberapa proses pemilihan umum yang berlangsung di tingkat Nasional, menunjukkan indikator angka partisipasi pemilih yang terus menurun.

Terkait dengan permasalahan tersebut, berbagai solusi yang ditawarkan diantaranya adalah mengenai pentingnya pelaksanaan pendidikan politik guna peningkatan kesadaran rakyat terkait kegiatan politik tersebut.

Di setiap momentum pemilihan umum baik di tingkat Nasional maupun di tingkat Daerah, pelaksanaan pendidikan politik sudah dapat disiasati oleh penyelenggara PILKADA walaupun dengan waktu yang tergesa-gesa, kemampuan dan penerima dampak sangat terbatas. Persoalan nyata yang menjadi momok disetiap pertarungan politik adalah persoalan money politik. Unsur Money Politics menjadi pembicaraan hangat dan bahkan dibeberapa tempat, permainan ini seolah sudah dihalalkan atau diwajarkan oleh karenanya malahan dinantikan sentuhannya oleh para konstituen yang dengan sengaja tidak tidur di malam menjelang hari pemilihan. Sudah menjadi trend politi, bahwa untuk bertarung dikancah perpoliitikan, persoalan ada atau tidak ada uang telah dianggap sebagai indikator penentu utama dalam pemenangan setiap kandidat.

Tulisan ini mengingatkan saya terhadap paparan Turunan Gulo,SP, MSP anggota KPU Sumatera Utara pada saat kegiatan sarasehan yang dilaksanakan oleh KPU Kabupaten Nias pada tanggal 5 Oktober 2011 di Gunungsitoli, dimana dalam kegiatan tersebut, turut tampil juga sebagai nara sumber utama adalah Profesor Taliziduhu Ndraha.

Dalam paparan yang disampaikan oleh Bung Turunan terkait dengan semakin menurunnya tingkat partipasi pemilih, disampaikannya bahwa masih perlu perbaikan kinerja para pejabat dan penguatan Partai Politik. Kemudian lebih lanjut, disebutkannya bahwa pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 termuat bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945.

Paparan tersebut telah menyontakkan saya sebagai salah satu utusan dari Forum Peduli Tano Niha (FORNIHA) yang kebetulan sebelumnya adalah merupakan koordinator pemantau pelaksanaan PEMILUKADA di 4 Daerah Kepulauan Nias, bahwa dalam konteks pertama terkait perlunya peningkatan kinerja pejabat dan penguatan Partai Politik, menurut saya hal ini bagus untuk dilaksanakan, hanya saja belum bisa menjadi solusi menyembuhkan sepenuhnya, karena sepertinya obat tersebut hanya sebatas membius sementara agar prosesnya dapat mengurangi rasa sakit. Pertanyaannya “Mungkinkah kita berharap terhadap para politisi di senayan ini untuk berkinerja lebih baik atau melaksanakan tugas mulia guna pembangunan Indonesia, dimana saat proses naiknya menjadi anggota DPR RI saja sudah menempuh segala cara untuk mengalahkan saingannya ?”. Bukan rahasia lagi bahwa, angka miliaran rupiah menjadi taruhan nilai mahalnya kursi jabatan, agar bisa duduk disenayan. Banyak diantaranya bahwam disaat tidak menjadi politisi saja, belum ada sifat atau tindakan ke-negarawan-an yang dapat dilihat dari sosok tersebut, oleh karenanya tidak heran begitu naik, para pemenang ini akan mejadi bajak laut untuk mengeruk semua kesempatan yang ada guna mencapai kenyamanan, keamanan dan kelanggengan posisi agar ditahun depan bisa tampil kembali. Hal ini disampaikan bukan bermaksud subjektif, tetapi bisa dihitung berapa orang yang sudah divonis penjara atau bersalah oleh karena KKN pada saat menjabat menjadi anggota DPR RI di senayan ? atau barangkali bisa di survei, tentang bagaimana tingkat kepercayaan publik terhadap siapa yang telah dipilihnya pada saat pemilihan legislatif, adakah relevansinya dengan kehidupan yang sedang mereka jalani saat ini ?

Terkait masukan dari Bung Turunan Gulo, perihal adanya peluang untuk orang Nias menduduki kursi DPR RI di senayan hingga sekurangnya tiga orang, adalah merupakan ide yang sangat bagus, mengingat jumlah pemilih di Kepulauan Nias sudah mencapai angka 481.168 orang pada waktu Pemilu 2009, sedangkan kursi yang tersedia ada sekitar 7 kursi , khusus untuk daerah pemilihan SUMUT II dimana jumlah rata-rata suara yang terpilih menjadi anggota DPR RI di Senayan tersebut masih berada pada kisaran angka puluhan ribu.

Dalam konteks kedua, kedaulatan ditangan rakyat tidak pernah terjadi. Kedaulatan yang sebenarnya terjadi adalah ada ditangan Partai Politik. Dalam kasus ini, sistem pemilihan yang dilaksanakan memberikan kesan bahwa kekuasaan rakyat hanya sebatas pada saat memilih atau pada saat memberikan suaranya, selanjutnya setelah pemilihan hak rakyat tersebut telah dikebiri atau di kuasai oleh Partai Politik. Rakyat sebagai pemilih atau konstituen hanya sebagai kaperlek atau kapan perlu lekas pakai setelahnya diabaikan. Mengenai hal ini, Profesor Taliziduhu Ndraha hingga mengatakan bahwa warung makan padang masih lebih menepati janji atau lebih bijaksana dari pada seorang pejabat yang telah dipilih oleh rakyat melalui proses pemilihan langsung di Indonesia. Pameo di warung makan padang tertulis sebagai berikut “ Kalau Anda Puas, Silahkan Beritahukan Teman dan Jika Anda Kecewa Sampaikan Kepada Kami”. Pertanyaanya, mungkinkah seorang pejabat yang dipilih oleh proses Pemilihan Umum memiliki komitmen janji seperti tersebut diatas ?, Adakah juga para pejabat tersebut, yang siap pasang badan dan menerima kritikan, jikalau masyarakat kecewa terhadapnya ?. Sementara proses tersebut terus berlangsung dan berkelanjutan, Partai Politik tidak bersikap dan bertindak NIHIL. Harapan rakyat terhadap Partai Politik yang logonya mereka pakai dan lekatkan di baju mereka melalui kaos partai politik pada saat pemilihan berlangsung, “PUPUS secara berulang-ulang alias Knock Out atau KO, terutama begitu Proses Pemilihan telah usai. Mengenai hal ini, saking fanatiknya bahkan peletakkan simbol Partai terkadang bukan hanya di kaos kampanye bisa juga dimodif dan digambar di kepala orang dan dibentuk sedemikan rupa hingga serupa seperti mahkota manusia.

Proses perubahan peta kekuasaan yang berulang-ulang terjadi, dirasakan dan diketahui namun konstituen selalu tertipu oleh karena pejabat yang terpilih hanya meninggalkan kata “sayonara” dan pejabat tersebut muncul kembali hanya pada saat Pemilihan berikutnya. Gambaran yang terjadi adalah ibarat sebuah piramida segitiga sama sisi, dimana pada saat belum terjadi pemilihan maka dipuncak teratas piramida adalah rakyat atau konstituen dan di dua sudut bagian bawahnya sebagai penopang sejajar adalah Partai Politik dan Pemerintah. Pasca pemilihan terjadi, secepat kilat, piramida berbentuk sama sisi dengan tiga sudut penting tersebut, berubah posisi menjadi terbalik dimana yang tadinya posisi rakyat di atas, kini pasca proses pemilihan, posisi Partai Politik bersama Pemerintah menempati letak tertinggi dan sebaliknya posisi rakyat atau konstituen telah terjungkalkan, yaitu terletak dibagian bawah piramida dengan tanpa daya dan tanpa mitra dengan bentuk meruncing ke bawah. Kondisi Pemerintah juga dilema oleh karena, dengan sistem tersebut, Kepala Daerah terpilih harus bermitra strategis untuk berbagi kekuasaan dengan Partai Politik. Posisi peta kekuasaan tersebut sangat permanen dan berlangsung secara berulang-ulang, hingga pemilihan berikutnya dilaksanakan yang biasanya selalu diawali dengan peninjauan kembali Undang-Undang Partai Politik dan Undang-Undang Pemilu. Satu yang pasti adalah bahwa proses lima tahunan yang telah dilaksanakan berulang-ulang tersebut selalu memberikan dampak kekecewaan dan kepesimisan rakyat terhadap dampak manfaat proses demokratisasi politik yang dianut. Dampak kekecewaan kaum rakyat ini, bisa dipastikan akan berkontribusi terhadap tingginya angka GOLPUT dan barangkali sebagai alasan bermunculannya isu tolak Pemilu atau Pilkada. Tidak tertutup kemungkinan hal ini dapat juga menjadi alasan kemunculan kaum ekstrimis yang sudah apatis terhadap terjadinya perubahan. Secara umum para ekstrimis ini sering dikelompokkan sebagai terorist atau bahkan sebagai kelompok separatis bersenjata yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Penulis menyadari bahwa theori Ilmu Pemerintahan yang disampaikan oleh Pak Profesor Ndraha belum dilaksanakan dengan baik oleh para praktisi pemerintahan atau politisi di Republik ini. Sistem yang telah dibuat pada zaman orde baru masih diterapkan hingga kini. Sistem Politik telah dirancang lebih halus, dengan catatatan tetap meng-oligarkhikan Partai Politik, Menyamankan, Mengamankan dan Melanggengkan Para Pejabat yang terpilih sebagai produk Pemilu. Sistem ini berkontribusi secara praktis terhadap proses money politik yang terjadi disetiap berlangsungnya pemilihan, sebagai bagian dari budaya menghalalkan cara, yang telah diadopsi sebagai budaya politik indonesia yakni dari penguasa, oleh penguasa dan untuk kekuasaan. Secara tidak langsung, proses yang didukung oleh perundang-undangan dan peraturan yang telah secara sistemik tersusun ini, terbukti telah mampu membuyarkan mimpi para pejuang, para aktivist dan para pegiat demokrasi, mereka para pemikir kemaslahatan bangsa dalam artian yang sebenarnya untuk dapat tembus di dalam ruang senayan guna tampil sebagai kader bangsa, sebagai pemimpin untuk mengambil keputusan penting, yang berguna untuk rakyat indonesia. Terlebih lagi bagi para kaum muda yang tergolong miskin, dan telah termarginalkan secara turun temurun, berpikir atau bermimpi saja pun mengenai jabatan tersebut pasti dilarang oleh orang tuanya karena dipercaya bahwa jabatan tersebut hanya dapat diraih melalui mukjizat.

Profesor Taliziduhu Ndraha, yang juga sebagai dosen bidang ilmu pemerintahan di IPDN telah menegaskan didalam kegiatan sarasehan yang dilaksanakan oleh KPU Kabupaten Nias di wisma soliga, Gunungsitoli bahwa proses pemilihan umum seharusnya tidak berubah menjadi area Pemenangan seolah proses yang berlangsung adalah sebuah proses hukum rimba, namun sebaliknya harus menjadi area Keterpilihan. Sehingga Pejabat yang terpilih bukan sebagai pemenang, melainkan sebagai orang yang terpilih untuk menjalankan amanat rakyat.

Lantas bagaimana dengan para Pejabat terpilih di Kepulauan Nias ?, tentunya menjadi bagian di dalam sistem tersebut. Bagaimana di dalam praktisnya ? ya, disurvey saja maka mayoritas masyarakat pasti kecewa dengan yang telah dipilihnya. Namun, masyarakat mau bilang apa, wong ndak punya kekuatan, habis sepah ya dibuang. Kekuatan Partai Politik yang berjalan strategis dengan Pemerintah yang berkuasa dapat memaksakan kehendak kepada para pimpinan di suatu daerah agar menjadi pengikut Partai Politik yang berkuasa, kalau tidak ya pasti susah. Konsep Lima Satu Nias Maju seperti yang telah disampaikan Pak Profesor Ndraha, pelaksanaanya sudah pasti tidak akan terlepas dari pengaruh Partai Politik yang mencengkram kuat dari pusat. Namun konsep tersebut bisa terwujud jika para Pemimpin dan para birokrat pemerintahan yang bekerja di kepulauan Nias mempunyai rasa memiliki dan rasa tanggung jawab serta dapat tetap mengedepankan kepentingan umum “Res Publica” dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

Sebagai sebuah pembelajaran bersama, bahwa terkait Ilmu Pemerintahan dalam perspektif kybernologi yang telah disampaikan oleh profesor Taliziduhu Ndraha, sistem perpolitikan di indonesia masih melangsungkan budaya politik pemenangan yang erat kaitannya dengan hukum rimba politik. dimana budaya pemenangan ini telah melahirkan budaya primitif baru disektor politik dan pemerintahan. Jika tidak disadari dan tidak segera dirubah maka, budaya politik primitif tersebut akan semakin menguat hingga terjadinya kanibalistik politik dimana jabatan menjadi segalanya dan segala cara menjadi HALAL untuk mencapainya, sementara itu uang atau rupiah menjadi TUHAN bagi setiap Pemilih. Menurut Penulis, sistem demokrasi yang terjadi, telah secara sistemik mengkondisikan kaum rakyat atau pemilih dihadapkan pada sebuah kondisi yang sulit, ibarat buah simalakama yang akhirnya Pemilih harus mengambilnya walaupun mengorbankan Nurani-nya. Kebutuhan Ekonomi yang sangat mendesak, para Pemilih ibarat berada di jaman kemerdekaan dengan semboyan HIDOEP jika ambil rupiahnya, atau akan beroleh MATI, jika tidak mengambil rupiah yang ditawarkan tersebut. Prinsip HIDOEP atau MATI dijaman politik yang kanibalistik ini telah sangat jelas dan praktis adalah mengeksploitasi kemeralatan atau kemiskinan rakyat yang terjadi.

Meningkatkan partisipasi pemilih di dalam proses pemilihan yang berlangsung menjadi harapan yang kosong semata, selama sistem perundang-undangan tidak secara tegas mendukung hal tersebut, yang seharusnya memakai kata HARUS bagi Partai Politik untuk melaksanakan Pendidikan Politik dan seharusnya perundang-undangan yang dibuat juga dapat memfasilitasi keadilan bargaining position untuk konstituen agar dapat menuntut KATA DAN LAKU sebagaimana yang telah dijanjikan oleh elit politik yang telah terpilih, karena para Pemilih telah mempercayakan suara mereka kepada Pejabat tersebut. Lebih parahnya, saat ini terdapat kecurigaan bahwa jangan-jangan semua kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Penyelenggara KPU dan Semua sistem yang sedang berlangsung dalam proses pemilihan adalah sudah secara sistemik disusun sedemikan rupa agar tetap menyamankan, mengamankan dan melanggengkan para Pejabat yang terpilih untuk dapat secara permanen duduk dikekuasaan hingga akhir hayatnya. Jikalau demikian, bukankah kegiatan peningkatan partisipasi pemilih menjadi kegiatan pragmatis belaka, ketika akar persoalan sebenarnya tidak terobati ????. Namun dibalik itu semua, Penulis mengapresiasi kegiatan tersebut, karena setidaknya, isu peningkatan partisipasi pemilih oleh KPU Kabupaten Nias tersebut, telah mengingatkan Kita untuk segera sadar dan bangkit agar tidak dininabobokan oleh sistem yang telah dibuat. Penulis menyadari, bahwa masih banyak persoalan mendasar yang belum teratasi dan belum terobati secara TUNTAS di dalam sistem demokrasi di Indonesia yang seolah-olah sudah substansial namun sebenarnya hanya sebatas prosedural semata.

Penulis,
Yanuarman Gulo
(Staf Program Forum Peduli Tano Niha-FORNIHA)
Gunungsitoli, 5 Oktober 2011.

RPJMD Nias Mulai Dibahas

PEMBAHASAN RANCANGAN AWAL PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN NIAS 2011-2016

“ Kebulatan Tekad Pimpinan Daerah untuk Memberhasilkan Pembangunan dengan Visi Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Nias yang Berkeadilan, Berkesejahteraan, Mandiri yang Dilayani oleh Pemerintah Yang Bersih dan Responsif “

Kegiatan pembahasan Rancangan Awal Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Nias yang dilaksanakan pada Tanggal 3 Oktober 2011 di gedung bundar Kantor Bupati Nias, berlangsung dengan sukses. Kegiatan RPJMD tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Nias Drs.Sokhiatulo Laoli dan Wakil Bupati Nias Arosokhi Waruwu, puluhan orang staf pemerintahan serta dari unsur DPRD Kabupaten Nias.

Forum Peduli Tano Niha (FORNIHA), sebagai forum NGO lokal beranggotakan 11 Lembaga Anggota untuk Kepulauan Nias, merupakan satu-satunya perwakilan LSM yang diundang di dalam kegiatan tersebut, selebihnya adalah mewakili Media Pers.

Dalam penjabaran visi dan misi yang disampaikan oleh Bupati/ Wakil Bupati Nias, peserta yang mayoritas berasal dari Pimpinan-Pimpinan SKPD, dan Pimpinan Pemerintahan di tingkat Kecamatan se Kabupaten Nias, sebelumnya telah dibekali dengan diktat tebal 229 halaman yang berisi konsep perencanaan awal pembangunan daerah Kabupaten Nias 2011-2016.

Dalam pengamatan Forniha, yang diwakili oleh One Men Halawa dan Yanuarman Gulo, kegiatan yang telah dilaksanakan sangat positif dan menjunjung tinggi tranparansi publik. Sesuai dengan temanya sebagai forum konsultasi publik, Forniha turut memberikan tanggapan dan apresiasinya terhadap kegiatan melalui sesion diskusi yang telah dilaksanakan.

Salah satu inti point yang disampaikan dan dituliskan kembali melalui tulisan ini adalah bahwa pimpinan daerah Kabupaten Nias memiliki tekad yang sangat kuat dalam memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme terutama ditubuh birokrasi pemerintahan Kabupaten Nias. Pimpinan Daerah berkomitmen, bahwa tidak ada para pejabat saat ini, baik yang menjabat sebagai asisten maupun sebagai pimpinan SKPD adalah merupakan hasil KKN. Pimpinan Daerah memberikan jaminan, bahwa jikalau ada yang memakelarkan atau jikalau ada yang mengambil untung rupiah di setiap posisi atau jabatan yang ada, dipersilahkan dilaporkan langsung kepadanya.

Guna mempertajam diskusi yang berlangsung, Forniha melalui Yanuarman Gulo memberikan 4 Point tanggapannya meliputi sebagai berikut :
1. Indikator keseluruhan dari semua rancangan awal program yang telah dibuat yang juga disertai dengan jumlah perkiraan biaya, alangkah baiknya jikalau ada suatu indikator makro bahwa persentase anggaran yang menyentuh rakyat secara langsung dapat lebih besar dari pada anggaran untuk peningkatan kapasitas atau biaya manajemen di tubuh Pemerintahan Daerah Kabupaten Nias. Hal ini perlu disampaikan karena mengantisipasi pameo yang muncul terhadap persoalan penganggaran yakni “ yang mengurus lebih gemuk dibandingkan dengan yang diurus”. Khususnya mengenai indikator capaian disetiap program yang telah dirancangkan akan lebih baik lagi jikalau alat ukur indikator kuantitatif dan indikator kualitatif yang dapat dicapai dan dipertanggungjawabkan.dapat lebih dipertegas. Mengingat Kabupaten Nias adalah merupakan Kabupaten Induk maka para pegawai tentunya lebih memiliki kapasitas dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota lainnya, sehingga kinerja dapat lebih didaratkan pada action dan bukan terhadap muatan penguatan kapasitas.

2. Melalui penjabaran Visi dan Misi yang telah dijabarkan oleh Pimpinan Daerah Kabupaten Nias yang dibantu oleh Kepala Bappeda Kabupaten Nias, Ir.Agustinus Zega, tercatatkan bahwa salah satu misi dalam perencanaan pembangunan daerah adalah pelaksanaan Good Governance. Terhadap hal ini, Forniha menyambut positif. Namun mengenai isu Good Governance adalah isu lama dan Good Governance atau pemerintahan yang bersih adalah suatu PRINSIP yang sifatnya harus dilaksanakan bukan lagi AKAN dikerjakan. Melalui paparannya, Peserta diskusi dari Forniha menyampaikan lebih lanjut bahwa komitmen untuk pelaksanaan Reward and Punishment alangkah baiknya jikalau pelaksanaanya bukan dimulai pada Tahun 2013 namun harus dimulai semenjak dari sekarang.

3. Terhadap penggalangan investor yang ditekadkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nias, bahwa mengenai pengadaan investasi adalah hal yang positif. Namun mengenai hal ini Forniha memberikan masukan agar investasi yang diselenggarakan memiliki konsep dan design yang matang dan tidak mengabaikan warga setempat atau warga disekitarnya oleh karena kedamaian tidak akan didapatkan oleh semua pihak jikalau mengabaikan hal tersebut, Kita belajar dari apa yang telah terjadi di daerah Aceh dan Papua.

4. Terkait Rencana Awal Pembangunan Jangka Menenengah Daerah Kabupaten Nias 2011-2016, alangkah baiknya jikalau pelaksanaanya dapat bekerjasama juga dengan LSM atau NGO sehingga kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan dengan cara bahu membahu melibatkan swasta atau Non Pemerintahan.

Dalam proses diskusi yang langsung di pandu dan dijawab atau ditanggapi oleh Bupati Nias tersebut, berlangsung dengan penuh hikmat dan sangat demokratis.

Terdapat satu hal lainnya yang masih tertinggal untuk disampaikan dan kiranya dapat menjadi perhatian bersama terkait pelaksanaan pengurangan resiko bencana di Kabupaten Nias adalah pentingnya pencarian solusi bersama terhadap penanggulangan kerentanan terhadap daerah aliran sungai yang semakin menyempit dan mengalami pendangkalan di daerah Kecamatan Idanogawo-Gido sehingga sering mengakibatkan banjir di kawasan tersebut dan berdampak langsung terhadap perekonomian masyarakat. Contoh daerah yang sering menjadi langganan banjir adalah daerah Desa Somi, Kecamatan Gido, yang dihuni oleh ribuan orang penduduk. Guna mengatasi hal ini, sangat perlu pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana Daerah, yang dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik oleh pihak swasta atau NGO maupun oleh Pemerintahan Daerah melalui Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nias terintegrasi. (yg/forniha).

Sabtu, 05 Februari 2011

KLINIK FOTOGRAFI

FOTO JURNALISTIK MEMOTRET DAN MENGKLARIFIKASI

FOTO-FOTO: YANUARMAN GULO
TIPS & CATATAN
(Dimuat di Kompas Halaman 36 Pada Hari Selasa, 1 Februari 2011. Thanks To Arbain Rambey/Penulis/Fotografer Ternama Indonesia)














Foto Jurnalistik Memotret dan Mengklarifikasi


ARBAIN RAMBEY
Pertanyaan yang selalu muncul dalam dunia jurnalistik: ”menolong dulu atau memotret dulu”? Juga: ”etiskah memberitakan penderitaan orang lain”? Kedua pertanyaan itu sangat tepat untuk menjadi ilustrasi dasar rangkaian foto karya Yanuarman Gulo yang direkam pada 15 Januari 2011 di halaman RSUD Gunungsitoli, Nias, di halaman ini.

Foto-foto itu adalah hasil workshop foto jurnalistik yang diadakan Posko Delasiga bersama Gambara Nias Bangkit bagi wartawan lokal Nias awal Januari lalu.
Rangkaian foto-foto itu sungguh pahit. Tergambar jelas bagaimana seorang penderita rabies merangkak, berusaha masuk ke RSUD Gunungsitoli, tak berdaya, dan akhirnya meninggal dunia dengan cara tragis.

Sekilas, foto-foto itu ”menuduh” RSUD Gunungsitoli yang seakan acuh tak acuh terhadap nasib seorang penderita rabies. Dalam beberapa gambar terlihat ketidakpedulian beberapa orang yang berseragam perawat.

Namun, jurnalistik adalah dunia seimbang. Dia tidak boleh larut semata pada apa yang dilihat. Dunia jurnalistik adalah dunia yang adil dan tidak memihak mana pun.

Maka, untuk mengantar foto-foto tersebut, tentu perlu diminta komentar dari pihak RSUD Gunungsitoli. Hasil paparan Dr Kanserina Dachi, SpPD sungguh mengejutkan.

Menurut Kanserina, pria (yang kami simpan identitasnya) itu adalah pasien rabies RSUD Gunungsitoli yang cukup sulit untuk ditangani. ”Dia beberapa kali meronta-ronta dan menolak diinfus. Kemudian dia juga melarikan diri dari rumah sakit. Saat akan kembali lagi, itulah yang terekam dalam foto,” kata Kanserina.

Kanserina juga memaparkan cukup tingginya kejadian penyakit rabies di Nias.
Namun, paparan Dr Ria Novida Telaumbanua, MKes makin menunjukkan bahwa ada hal lebih serius untuk dicermati bersama. Menurut Ria, harga serum rabies untuk satu orang, dalam beberapa kali penyuntikan, sekitar Rp 1,5 juta. ”Dan saat ini serum rabies cukup langka di Nias ini,” katanya.

Rangkaian foto di halaman ini, ditambah paparan kedua dokter, mengingatkan kita bahwa perlu ada penanganan lebih jauh untuk mengatasi masalah rabies, tidak cuma di Nias, bahkan mungkin di berbagai pelosok Indonesia.

Posko Delasiga memang sudah menyumbangkan beberapa kardus serum rabies pada akhir Januari lalu. Namun, perhatian lebih dari pemerintah memang sangat diperlukan.
Kembali ke alinea pertama tulisan ini, sang fotografer memang tidak bisa menolong sang korban rabbies karena memang dia tak punya kemampuan untuk itu. Sang fotografer justru menolong masyarakat luas untuk kepedulian pada penyakit rabbies.

Lalu, apakah etis memotret penderiteraan orang ? Demi hal yang lebih baik bagi banyak orang, jawabannya adalah iya. Potret bencana alam atau pun kerusuhan adalah penderitaan juga. Kalau tak ada yang memotretnya, ia akan terkubur tanpa sejarah!

Copyright © 2011 Kompas Digital

Selasa, 14 September 2010

Kamis, 05 Agustus 2010

KETIKA KE-ESA-AN DIBUNUH OLEH KE-AKU-AN

” TUHAN, APAKAH AGAMU ?”

Pertanyaan Menggelitik, Begitu saja terlintas di ingatan Saya. Tulisan Tersebut, Saya Baca ditulis besar di pakaian salah seorang rekan di tempat kerja kemarin. Esoknya, Dalam suatu surfing via internet, Saya mendapatkan suatu wordpress berisi perdebatan mengenai hal tersebut, dan Saya Salut dengan terobosan keberanian pemuatan perdebatan di wordpress tersebut di kala negara kita masih sensitive untuk memperdebatkan itu, di saat negara kita dipenuhi dengan perundang-undangan yang berpotensi memperkarakan segala sesuatu ke ranah pidana. Terlepas dari itu, perdebatannya menarik karena saling mencuatkan dalil dan landasan pemikiran.


Setelah membaca suatu wordpress yang berisi perdebatan mengenai agama, maka saya anjurkan ” Marilah Kita Saling Menyayangi dan Saling Mengasihi, Jangan Saling Meniadakan, Apalagi Jikalau Di pikiran kita satu sama lain Menghalalkan Pembunuhan atas Sesamanya Manusia.

Apapun Agama Anda/ Keyakinan Anda Jalankanlah Dengan Baik...Berlombalah Untuk Saling Membagi Kasih dan Kebaikan di Alam Semesta Ini. Jikalau Demikian Terjadi Maka, Penderitaan Dan Kesengsaraan Pasti Akan Mudah Terkurangi Oleh Karena Banyaknya Orang Yang Baik dan Saling Mengasihi Satu Sama Lain. Keyakinan Yang Melahirkan Agama Adalah Hubungan Masing-Masing Pribadi Terdalam Manusia Dengan Penciptanya.

Perdebatan-Perdebatan Yang Ada Didalam Wordpressnya, Cukup Baik Oleh Karena Semuanya Adalah Orang-Orang Intelektual ( Tidak Anti Perdebatan ) "Sejatinya, Dunia Tidak Pernah Membatasi Bahkan Memenjarakan Kita Manusia Untuk Memikirkannya, Terkecuali Pikiran Picik Kita Sendiri".


Fenomena Lama Bangkit Kembali


Waspadalah, Karena Kondisi Yang Paling Sulit Sesungguhnya Adalah Ketika Pikiran Picik Menjelma Menjadi Gerakan Massal ( anti perdebatan ) dan Merambah Hingga Kedalam Syistem, Memanfaatkan Syistem Untuk Melenyapkan Sesamanya Yang Lain. Dalam Situasi Seperti Ini Politik, Kepentingan, (semuanya bersifat duniawi) Berserak dan Bercampur Baur Didalamnya dan Saling Memanfaatkan. Yang Tercipta Pada Akhirnya Adalah KETIDAKMANUSIAWIAN. Akan terdengar.....Darah, Ratap , Tangis dan Rintihan Bergema di Seantero Jagad KEDUNIAWIAN Menembus Relung Pertahanan Benteng Terdalam Manusia Berjudul KEMANUSIAAN.

Apakah Pengalaman Terdahulu Belum Menjadikan Sebuah Pembelajaran BERHARGA di Negara Yang Kita Cintai Ini ? Berapa Banyak Lagi Korban Nyawa Umat Manusia Harus Di tumbalkan ?, Berapa Jauh Lagi Negara Ini Harus Bergerak Mundur ? Apakah Menunggu ”HINGGA TIDAK BISA BANGKIT BERDIRI ?


Alam Indonesia, atau saya sebut akrab dengan nusantara barangkali akan tercabik-cabik kembali, cita-cita menjadi negara maju sepertinya adalah ibarat juah panggang dari api. Di dalam caruk marutnya kondisi masyarakat, sebaliknya sekelompok orang yang menguras dan mencabik-cabik sumber daya alam indonesia atau yang memperlakukan sumber daya manusia indonesia hanya sebagai ”budak berlian” akan terkekeh-kekeh, oleh karena di nusantara yang banyak jumlah penduduknya dan kaya akan sumber daya alamnya ini dimana mayoritas kondisi masyarakatnya sedang berada pada fase PEMENUHAN HIDUP UNTUK MENGISI SEJENGKAL PERUT akan dijual semuanya dengan harga murah sesekali DISKON 100%.

Pertanyaan saya, apakah ini terjadi secara alamiah ataukah (di) sistematis (kan) ?
Saya tidak mencurigai negara saya, tetapi saya curiga terhadap mereka sebagai subjek pelaku dibalik NEGARA yang mengatasnamakan ...........”&” ?.

(back to the topic)

Anarkisme bernafaskan keyakinan oleh suatu agama terjadi dimana-mana, seolah ke-ESA-an sudah di bunuh oleh ke-Aku-an:

” TUHAN APA AGAMAMU ?”
Seandainya TUHAN bisa menjawab secara langsung di hadapan publik, maka barangkali tidak akan lagi ada kekacauan ataupun anarkhisme.

Lebih Lanjut, Sekali Lagi Saya Bertanya : ” TUHAN DIMANAKAH ENGKAU ?”
(Termenung...., ” Marilah Kita Jawab Dalam Hati dan Pikiran Kita Masing-Masing)

Memiliki HUMANISME yang Tinggi dalam Laku dan Kata adalah Sebuah Tugas Berat Untuk Setiap Pribadi Umat Manusia.

Kesemuanya itu Sudah Terakumulasi Di dalam Pemikiran Saudara Besar Saya, Bung Karno Dalam Ajarannya Mengenai PANCASILA. Pancasila itu adalah Kearifan Lokal Bangsa Indonesia Yang Harus Dikumandangkan di Seanteor Penjuru Dunia. Sejatinya, Konsep PANCASILA Melampui ZAMAN. Ketika Orang Berbicara Demokrasi, Humanisme, Persatuan, atau Bahkan Soal KEYAKINAN yang Berbeda-Beda. PANCASILA sudah Memikirkannya Terlebih Dahulu.

Mari Saudara-Saudaraku Semuanya Yang Merasa Dirinya Beragama Ini, Beragama Itu....Mari Kita SALING BERLOMBA Untuk Memikirkan dan Memperbuat Bagaimana Caranya Agar Ratap, Tangis, Kesedihan, Penderitaan dan Kesengsaraaan Serta Kemiskinan Yang Mendera Kehidupan Umat Manusia di Sekeliling Kita Dapat Kita Kurangi dan Bantulah Mereka.

Keberadaan perdebatan di suatu media publik, Merupakan Hal Luar Biasa dan Sungguh Memiliki Keberanian di Situasi Negara Kita Sensitive Agama, Sehingga Negara Sangat Mudah Mengeluarkan Kebijakan Dengan Sekian Peraturan-Peraturan Publik).

Saya Melihat, Perdebatan Seperti Diatas Harus RETAS (Menutup Celah Dapat Diperdayai oleh Apa dan Siapapun) Diantara Sesama Rakyat Indonesia. Akan Lebih Parah Lagi Jikalau TERPENDAM. Bukan Untuk Mengenai Siapa Yang Paling Benar Atau Siapa Yang Akan Masuk SOERGA, Tetapi Saya Melihat Dalam Konteks PENGETAHUAN dan INFORMASI sehingga Pada Akhirnya Sesama MANUSIA Dapat Saling Memaklumi.

Ketika Sudah Saling RETAS, Maka Sesama SODARA MANUSIA akan Saling Menghargai, Menghormati dan Tidak Saling Meniadakan dan Terlebih Lagi Tidak Saling Memburukkan.

BERBICARA PERSOALAN INI, PHASE NEGARA KITA MASIH BAYI....Sepertinya Belum Dewasa atau Katakanlah TERLAMBAT DEWASA. Oleh Karena Adanya Peraturan-Peraturan dan Perundang-Undangan Yang Membungkam Semua Media Yang Menjunjung Tinggi Keterbukaan dan Adanya Perbedaan.

Sebenarnya Keterlambatan Memasuki PHASE DEWASA ini, Akan Sangat TRAGIS dan Mengharukan Jikalau Tidak Cepat Negara Menyikapinya oleh Karena Perdebatan Masyarakat Akan Terus-Terusan Pada Hal-Hal Yang Tidak Pokok Dalam Hidup, Bahkan PERBEDAAN KEYAKINAN (Bisa Soal Agama, Ideologis, Organisasi, Suku, Rasa dll) BERPOTENSI menciptakan MANUSIA untuk SALING MENIADAKAN.. Bahkan Sistem Seolah Perlahan MENGAMINI hal Tersebut.

Inilah Persoalan Kenapa Negara Kita :
*Penuh Dengan Sejarah Pembantaian, Penganiayaan, Anti Perbedaan, Ormas Anarkis dan Lain-Lain ?
*Rakyatnya Masih Banyak didera Kemiskinan ?
*Tidak Memiliki Kepribadian dan Kemandirian ?
*Mudah Emosional, Irasional, Sering terjebak dalam Situasional.
*Dalam Pencapaian Kemajuan, Negara Kita SEOLAH BERGERAK DI TEMPAT, yakni Maju Mundur.( Maju Sekian Tahap-Mundur Sekian Tahap).

Kalimat Saya Terakhir, Perbedaan Diatas adalah Kekayaan Budaya Manusia Indonesia. Itu Adalah Kekuatan Kita Bersama Oleh Karena Kita Adalah Umat Beragama, Umat Yang Baik dan Punya Keinginan Masuk ke SOERGA Maka, So Pasti KITA HARUS BAIK DAN BAGUS, TELADAN DALAM LAKU DAN KATA.

Anti Kontradiksi Sama Dengan Anti Kehidupan, Oleh Karena Kontradiksi (Perbedaan) Sudah Menyatu Didalam Diri Manusia Seperti Laikya Ada Tangan Kiri-Tangan Kanan; Telinga Kiri-Telinga Kanan. Dalam Bahasa Chinanya YIN-YANG (HOEKOM KESEIMBANGAN ALAM)....Barangkali Berguna Sebagai Pembanding Agar SESAMA MANUSIA Saling Melengkapi Kekurangan Satu Sama Lain.

Jilalau Faktanya Yang Terjadi Adalah Perselisihan Maka, Barangkali KITA YANG MENGATAKAN DIRINYA MANUSIA HARUS MALU DENGAN BURUNG (BINATANG) DI UDARA .

Salam Saya Kepada Semua Orang-Orang Penyelemat KEMANUSIAAN dan Mereka Yang Berjuang Untuk Ber-KATA dan Ber-LAKU HUMANISME.

Yanuarman Gulo
Nias/6/8/2010

Kamis, 10 Desember 2009

Berjuang Melawan Mitos

Baru saja kita memperingati hari pahlawan 10 Nopember 2009, Penindasan akibat penjajahan meninggalkan dampak ke berbagai generasi berikutnya. Di ranah non fisik, perjuangan melawan mitos adalah, perjuangan merengguk berbagai informasi (basis materi) ilmu pengetahuan, perjuangan untuk menjadi cerdas melawan keyakinan (negatif) yang menggerogoti (menginventarisir) diri kita masing-masing .

Ada apa dengan Mitos ?
Mitos adalah suatu keyakinan yang diterima begitu saja oleh individu (manusia) tanpa pernah diuji nilai-nilai kebenarannya. Mitos hanya akan disebut mitos ketika keyakinan akan sesuatu tersebut, telah di gagalkan oleh argumentasi yang lebih faktual dan teruji kebenarannya. Untuk menggagalkan inilah di gunakan berbagai rentetan pikiran yang argumentatif yakni berpikir teratur .

Kepulauan Nias secara geografis terpisah dari daratan Sumatera. Daerah ini memiliki budaya yang eksotis dan menjadi salah satu tempat olahraga selancar terbaik di dunia. Kepulauan ini banyak dikunjungi oleh para peneliti oleh karena kepulauan ini masih menyimpan banyak misteri yang layak untuk di teliti lebih mendalam. Terkait dengan budaya barangkali ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, karena kita memiliki keunikan budaya yang luar biasa. Namun disisi lain sebagai masyarakat awam, kita ditantang untuk mengurai realita kehidupan yang dialami dengan mitos-mitos yang sangat kuat bahkan telah mewujud dalam keseharian masyarakat di kepulauan ini.

Contoh mitos-mitos besar di masyarakat yang masih harus terus di teliti kebenarannya adalah mitos mengenai asal usul leluhur masyarakat Nias. Pencarian kebenaran mengenai hal ini masih terus dilakukan. Berbagai teori dimunculkan, diantaranya yaitu :
- bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias adalah sowanua atau ono mbela. Ono mbela merupakan keturunan penguasa kayangan, Ibu Sirici, yang memerintahkan keenam anaknya untuk turun ke bumi menggunakan liana lagara, sejenis tumbuhan yang biasanya merambat di pohon. Karena liana lagara yang digunakan telah rapuh, sebagian di antara mereka ada yang jatuh ke bumi dan sebagian yang lain memilih tinggal di atas pohon. Anak keturunan Ibu Sirici yang memilih tinggal di atas pohon inilah yang kemudian disebut sebagai sowanua atau ono mbela (manusia pohon). Ono mbela dikenal memiliki kulit yang putih dan berparas cantik. Ciri-ciri fisik tersebut mengundang para peneliti untuk membuat sebuah interpretasi bahwa ono mbela berjenis kelamin perempuan (Hammerle, 2007:50-51).
- Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut, kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke-9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
Terdapat juga mitos lainnya seperti mitos Laowomaru, bagaimana lawomaru dalam menyatukan pulau Nias dengan daratan Sumatera. Laowomaru memiliki kekuatan yang terletak pada rambutnya atau manusia yang memiliki kekuatan pada rambutnya yang ingin menyatukan pulau Nias dengan daratan Sumatera tetapi mengalami kegagalan setelah dicukur/dipotong rambutnya oleh beberapa orang yang tidak senang atau sepakat dengan perbuatannya.


Kemudian banyak juga mitos-mitos kecil lainnya namun andilnya sangat besar mengkooptasi pikiran masyarakat diantaranya adalah :
-Mitos memilih menjadi polisi / tentara bagi kaum remaja adalah supaya ditakuti dan dihargai dan dapat hidup mapan.
-Mitos menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pekerjaan yang paling diprioritaskan dan tidak ada pekerjaan lain yang lebih terbaik selain daripada menjadi seorang PNS.
-Mitos memiliki keturunan anak laki-laki adalah segalanya sehingga anak laki-laki dalam keluarga selalu lebih dipriortaskan dari pada anak perempuan dalam beroleh sekolah maupun dalam pembagian harta warisan.
-Mitos penyakit oleh karena ulah setan. Rintik hujan pada siang hari kemudian membuat sakit seorang anak adalah karena ada setan.
-Mitos Jujuran , yakni jujuran yang tinggi adalah tanda kehormatan keluarga. Jujuran semakin tinggi jikalau anak perempuan sudah lulus sarjana ataupun masuk PNS.
-Mitos antara orang tua dengan anaknya , dimana orang tua selalu selalu memiliki pilihan paling benar untuk anak-anaknya dan seorang anak harus mengikuti pilihan orang tuanya.
-Mitos antara guru dan murid, dimana guru dianggap sosok yang sangat ditakuti, sering terjadi jikalau murid bertemu atau berpaspasan dengan guru di jalan maka murid lari dan bersembunyi.


Mitos juga dipertegas dalam prinsip-prinsip kehidupan masyarakat seperti :
- Sokhi aila moroi mate.
- Istri adalah niha ni’Ṏli ; Niha ni ‘asogṎ ba nomo.
- Niha mbanuama da’Ṏ, makanya mati-matian harus dibela.
- MbṎrṎ me talifusṎ (talifusṎ keturunan/ genetika), salah atau benar harus dibela (La tehe mate).
- Mitos fabanuasa, MbṎrṎ me ono mbanuama ma bela habis (la tehe mate).


Semua contoh yang disampaikan diatas bukan bermaksud untuk mendiskreditkan perangai masyarakat kita namun bermaksud untuk mengundang kita semua untuk membedahnya lebih mendalam. Barangkali penulispun tidak sempurna dalam mendefinisikannya .

Dari pengalaman hidup, sejak kita lahir, sekolah bahkan hingga perguruan tinggi, kerja hingga setelah berkeluarga, kita pasti akan menemukan banyak mitos yang telah mengkoptasi pikiran-pikiran, budaya kita, sehingga kalau kita bandingkan dengan rekan-rekan yang telah terbongkar mitos akan jelas terlihat perbedaan yang mencolok soal sistematika berpikirnya. Sedangkan inti dari tak terbongkarnya mitos kita adalah penindasan yang kita alami, ketidakmampuan kita dalam mensejahterahkan hidup kita sendiri. Masyarakat sering emosional dan gampang sekali menghilangkan nyawa sesamanya. Perbedaan pendapat/pikiran sangat sulit diterima. Berbeda pendapat dengan sanak keluarga berarti harus siap dipecat atau minimalnya di dieliminasi dari persaudaraan. Dampaknya adalah masyarakat akan terisolasi dengan sendirinya, seiring dengan berbagai image negatif yang mengikutinya seperti primitive, miskin, bodoh dan berbagai konotasi negatif lainnya tidak jarang berupa cemohan sebagai tanda buruknya peradaban suatu masyarakat.

Tingkat kesadaran manusia menurut paolo freire (Profesor pendidikan dari Brazil) dapat di golongkan atas lima (5) macam yakni kesadaran semi intransitif, kesadaran transitif-naif, kesadaran transitif, kesadaran transitif kritis dan kesadaran kritis sejati. Jika disederhanakan tingkat kesadaran manusia dapat digolongkan atas tiga (3) bagian penting yaitu :
1. Tidak Sadar, yakni individu yang tidak mengetahui permasalahan, sehingga ia tidak mengerjakan yang seharusnya dikerjakan menurut mereka yang telah sadar
2. Naif, tingkat kesadaran semu, yang berarti seorang individu yang telah mengetahui permasalahan tetapi tidak melaksanakan yang benar, sesuai dengan yang dia tahu.
3. Sadar, tingkat kesadaran yang menunjukkan bahwa individu telah mengetahui permasalahan sehingga ia melakukan usaha-usaha untuk keluar dari persoalannya.
Berpikir teratur

Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal dan pikiran serta kecerdasan karena ia mempunyai akal budi, sayangnya akal budi manusia tidak seluruhnya menjadikan kesejahteraan bersama karena dibutuhkan sebuah cerminan nilai untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.

Diatas telah disebutkan bahwa senjata pamungkas untuk melawan mitos adalah berpikir teratur. Berpikir teratur merupakan salah satu bentuk aplikatif dari metode berpikir bagi orang yang sudah cerdas.

Metode berpikir teratur adalah metode berpikir dengan analisis-analisis yakni memandang dari berbagai sudut pandang. Setiap satu hal yang dipikirkan harus secara mendalam dan selalu berkaitan dengan semua hal yang berhubungan dengan kasus yang dipikirkan. Keseringan yang terjadi adalah manusia sering berpikir instan dalam istilahnya adalah reaksioner (menjawab dengan serampangan, namun tanpa analisis) ataupun pragmatis (menangkap permasalahan setengah-setengah dan tanpa solusi ).

Berpikir tidak teratur
Metode berpikir yang paling banyak digandrungi namun sebaliknya juga memiliki andil besar dalam memproduksi kesengsaraan, penderitaan banyak manusia adalah metode berpikir tidak teratur (tidak cerdas). Ada apa dengan metode berpikir tidak teratur ? metode berpikir tidak teratur berisi idealisme-idealisme yang objektif maupun subjektif (imajinasi, khayalan) yang selalu memasrahkan diri (dalam artian tidak membangun) menganggap bahwa semua penderitaan yang diderita adalah sudah takdir, sudah nasib dan harus di Amini (pasrah). Mengakui ada sesuatu kekuatan yang besar diluar kita (manusia) barangkali masih positif (kembali ke yang ESA), akan tetapi hal ini tidak boleh menjadi pembenaran dari sebuah ketidakmampuan kita, ketidakcerdasan kita dalam hidup. Kenyataan yang sering terjadi adalah manusia membelokkan dan melakukan pembenaran bahwa perdukunan, paranormal (sama’ele’Ṏ) bisa menyelesaikan berbagai permasalahan ataupun penyakit yang dialami. Bukankah hal ini hanya akan menjauhkan manusia dari permasalahan yang sebenarnya? ; bukankah ini hanya akan menjadi obat dahaga , sementara yang meninabobokan? sementara jikalau dikaji, kematian adalah sesuatu yang sudah pasti namun masyarakat kita masih berkutat di tingkat kesadaran seperti ini.

Kehidupan sejatinya tidak semudah ungkapan “hidup adalah seperti roda pedati (terus berputar) kadang di bawah dan kadang di atas”. Mempertahankan kehidupan juga tidak semudah bersandar diri pada sebuah kekuatan benda (jimat) yang dianggap memiliki sebuah kekuatan mistik. Memberi solusi terhadap persoalan kehidupan, juga tidak semudah kita mengatakan“ mampus kau!, kamu yang salah!, mereka yang salah!, banyak kali dosanya pula”. Merespon dengan ungkapan seperti ini sangat mudah meluncur dalam perkataan kita terutama kepada mereka yang kebetulan mengalami tragedi kecelakaan hidup ataupun kesulitan yang mendera dan berbagai usaha yang sedang dilakukan untuk menjawab suatu persoalan.

Hari pahlawan 10 November 1945, mengajak kita berefleksi kembali bahwa perjuangan masih panjang. Perjuangan 1945 yang telah menelan banyak korban jiwa dan berlangsung lebih dari sebulan terutama di kota Surabaya dan di berbagai tempat lainnya secara semesta adalah perjuangan yang tidak boleh disia-siakan. Kini kita tidak dituntut untuk harus berperang secara fisik, perjuangan kita sudah lebih mudah yakni perjuangan pembebasan. Perjuangan pencerahan bagi massa rakyat, perjuangan pembebasan dari belenggu pikiran yang telah menindas banyak umat manusia. Berpikir teratur dan berjuang untuk kepentingan umum tidak dimulai dari orang lain, tetapi dimulai dari diri kita sendiri. Pertanyaannya sudahkah kita beroleh kemerdekaan pikiran sejati ?


yagul/10/12/09

Jumat, 20 November 2009

KAUM MUDA KEPULAUAN NIAS BANGKITLAH !




Ribuan Kaum muda di Nias berbondong – bondong melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS ), apakah semua yang melamar bisa diterima ? tentu tidak. Lalu kemanakah mereka yang tidak tertampung yang jumlahnya juga hingga ribuan orang ?

Artikel ini tidak membahas mengenai informasi CPNS apalagi berbicara mengenai kelulusan seperti yang banyak dinanti-nantikan oleh ribuan kaum muda di Kepulauan Nias saat ini. Berbondong – bondongnya para kaum muda dengan rata-rata usia antara 25 - 35 tahun adalah menjadi fenomena lumrah namun menggelitik sanubari sehingga menarik untuk dikupas lebih mendalam mengenai peran, peluang dan kesempatan bagi para kaum muda di daerah kepulauan Nias. Fenomena seperti diatas mencatatakan saat ini Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) masih menjadi pilihan utama kaum muda di Nias . Apakah ini menjadi khabar menggembirakan ataukah pilihan terjepit ? biarlah masing – masing pribadi yang menjawabnya.
Ironisnya adalah ada budaya yang terbangun tanpa disadari namun dilakoni hampir setiap keluarga di kepulauan Nias yang memiliki putra atau putri. Untuk keluarga yang memilliki anak laki-laki dewasa, SK PNS adalah tiket utama , baru dianggap layak pemuda bisa melanjutkan hidupnya kejenjang kepernikahan, sedangkan untuk kaum Hawa ( Wanita ) jujuran sudah dapat dibuat lebih tinggi jikalau putrinya jebol menjadi PNS . Sepertinya , telah terbangun konotasi ( maaf kata baru bisa hidup terpandang sebagai manusia jika menjadi PNS atau istilahnya bahasa awamnya jikalau berada di jabatan ).

Peran Kaum Muda Dalam Sejarah Pembangunan Bangsa
Sejarah mencatat nama bung Karno, bung Tomo , bung Hatta , Bung Sjahrir , Tan Malaka , RA.Kartini dan masih banyak lagi nama lainnya yang memiliki peran sangat penting dalam usaha pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Perubahan di setiap jaman selalu dipelopori oleh kaum muda. Tahun 1960-an ada nama Soe Hoek Gie dan para tokoh muda lainnya. Tahun 1974 ada nama Hariman Siregar, Arief Budiman . Tahun 1998 banyak tokoh muda bermunculan dari berbagai kelompok, universitas maupun ormas di pentas politik daerah hingga nasional seperti Budiman Sudjatmiko ( Ormas PRD ) sekarang Anggota DPR R.I terpilih , Adian Napitupulu ( mantan aktivist Forum Kota ) Caleg DPR R.I - 2009 namun masih merintis dipentas politik praktis di tingkat Nasional , Anas Urbaningrum ( Mantan Umum PB HMI ) anggota DPR RI , Ir.Turunan Gulo M.Si ( AGRESU ) sekarang menjabat sebagai anggota KPUD Sumut , Elisati Halawa ( AGRESU ) anggota DPRD Kab.Nisel – 2009 , Yurisman Laia ( KB.Unika Medan ) juga anggota DPRD Kab.Nisel / Pemilu 2009 dan masih banyak tokoh-tokoh muda lainnya yang barangkali belum meraih kesempatan untuk tampil dan tidak tersebutkan pada tulisan ini ataukah sedang antri untuk di catatkan pada barisan me-nyejarah berikutnya.
Dalam sudut pandang diatas, kaum muda yang tampil dan menjadi pelopor yang me-nyejarah di setiap jamannya adalah kaum muda yang memiliki konsep, tanggap terhadap jaman. Mereka , bukan kaum muda dari generasi pengikut melainkan generasi pemimpin . Merekalah the next generation ( generasi penerus atau generasi yang hidup ) bukan the lost generation ( generasi yang hilang ).
Sesungguhnya sebagai generasi muda yang me-nyejarah , kaum muda indonesia masih memiliki tanggung jawab politik yang masih belum tuntas dilaksanakan yaitu mewujudkan apa yang menjadi aspirasi rakyat yaitu meluruskan reformasi dan melaksanakan perubahan secara total pada semua tatanan sistem perpolitikan nasional dan menuntut untuk segera dilaksanakan pelurusan sejarah nasional Indonesia.
Di daerah seperti kepulauan Nias yang homogen dan mayoritasnya beragama kristen protestan , Lembaga Agama seyogianya ambil peran, agar kaum muda dapat bergerak secara bergemuruh karena kaum muda juga adalah warga gereja , para pemuda harus dilatih dan diberi pendidikan politik berkualitas agar memiliki wawasan kebangsaan dan berjiwa negarawan sehingga berani ambil peran dan tidak canggung untuk terjun ditengah-tengah masyarakat luas, baik itu di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Para kaum muda inilah pembawa suara kenabian ( syaloom allah ) dalam memperjuangkan demokrasi, keadilan dan kesejahteraan .

Masih Ada Dunia Lain
Dengan tidak bermaksud untuk mematahkan semangat para pelamar CPNS di Tahun 2009 , bahkan sebaliknya bermaksud mengisi harapan baru bagi ribuan para peserta CPNS yang barangkali nantinya tertunda pengabdiannya kepada negeri. Penulis ingin mengupas dan menyampaikan kabar gembira mengenai keberadaan dunia lain yang masih mungkin untuk ditempuh ( dijadikan pilihan ) selain dunia CPNS atau dalam istilah kerennya another world is possible.

Oleh karena perkembangan zaman yang bergerak sangat cepat , semakin maju, mengglobal dan kosmopolit maka sudah dapat diprediksi , para kaum muda yang akan mampu bersaing dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang, baik itu di dunia bisnis maupun di lapangan perpolitikan adalah generasi muda yang memiliki 4 C yaitu Concept, Competence, Connection dan Confidence. Agen perubahan sosial politik yang totalitas bergerak melalui jalur perjuangan politik seperti ditampilkan diatas juga akan rapuh atau tenggelam – digilas zaman jikalau tidak memiliki rumusan 4 C diatas. Jika diurai secara singkat, rumusan 4 C tersebut adalah sebagai berikut :
1. Concept ( rumusan bertindak yang jelas, konkrit ) , konsep dalam hal ini berfokus pada tataran intelektualitas yakni kemampuan seseorang merumuskan suatu persoalan , melaksanakan analisa dan mampu memberikan solusinya secara terukur.
2. Competence ( kompetensi ) adalah adalah kemampuan bersaing di berbagai bidang kehidupan , dalam hal ini diperlukan life skills atau keahlian dan technikal skills.
3. Connection ( jaringan ) yakni memiliki kemampuan membangun jejaring ditingkat nasional maupun di tingkat internasional.
4. Confidence ( kepercayaan diri ) yakni kepercayaan diri untuk memimpin perubahan dengan segala kelengkapannya yaitu sebagai inspirator, inisiator, motivator dan organisator.

Dunia Baru
Dunia alternatif selain seperti dunia CPNS diatas adalah dunia baru yakni sebuah dunia yang terbangun oleh kreasi tertinggi umat manusia sebagai manusi yang merdeka. Dunia alternatif tersebut adalah dunia yang terbuka untuk seluruh masyarakat awam baik yang beraktivitas di Kota maupun yang berdomisili di Desa , aktivis Organisasi Masyarakat Sipil (OMS/CSO) ataupun mantan relawan ataukah barangkali pembaca sudah termasuk satu diantaranya ? puji tuhan ,wallahualam . Dunia baru yang ditawarkan tersebut adalah sebuah kehidupan yang nyata ( realistis ), exist namun survive jikalau kita mau tekun, bekerja keras dan berdaya cipta. Dunia dengan harapan baru berisi kaum muda yang energik penuh daya cipta dan kaya akan gagasan-gagasan baru yang mampu membuat sumringah ( tersenyum ) dunia. Tokoh yang lahir dan berasal dari jaman ini mampu membawa harapan baru, cemerlang dan gerak yang cerdas. Salah satu pemimpin dunia terkenal yang berasal dari dunia baru seperti ini adalah OBAMA ( Presiden terkenal dari Amerika Serikat ) . Obama dilahirkan dari dunia kepedulian terhadap lingkungannya, terhadap kondisi kaum miskin kota yang berserak di AS dan kepeduliannya terhadap perubahan dunia. Oleh karenanya, Seorang Obama akan lahir seluas dan seberat persoalan dunia ( harapan dunia ) . Dunia sejati asal lahir para pemimpin dunia adalah dunia pergerakan ( idiologis ), dunia keberpihakan kepada masyarakat banyak, dunia untuk memenangkan kepentingan rakyat banyak .

Gerakan Penelitian (research movement ), Gerakan Keilmuan ( intelectual movement ) dan Gerakan Mencipta ( Creative movement ) adalah pola-pola pergerakan alternatif yang memberikan peluang exist dan survive ( hidup ) agar kaum muda minimalnya mampu mengaktuasasikan dirinya , sekaligus resep mujarab agar para kaum muda dapat keluar dari belenggu pikiran yang kaku, kolot, sempit , feodal dan hanya mampu mengekor .

Dalam realitas keseharian yang kita lihat, dunia alternatif yang paling mudah untuk ditemukan adalah pergerakan sosial yaitu dunia Lsm / Ngo, namun masih banyak yang sifatnya temporer ( sementara ) dan tanpa perencanaan yang stretegis .
Pasca rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam NAD-Nias, akan banyak ditemukan kaum muda yang gamang dan tidak tahu mau kemana. Lsm/Ngo dan Ingo sudah mulai undur diri satu persatu dari kepulauan Nias. Semula kehadiran berbagai lembaga nasional dan internasional ini telah merekrut cukup banyak kaum muda lokal sebagai tenaga kerja walaupun tidak sedikit juga tenaga kerjanya berasal dari luar daerah . Pada umumnya , para tenaga kerja ( relawan , staf ) mereka banyak dilibatkan dalam pembangunan infrastruktur pada bidang sanitasi, perumahan, jalan raya, jembatan dan lainnya. Terdapat juga Ngo/Ingo yang fokus pada program pemberdayaan dan pendampingan masyarakat terutama pada bidang pertanian dan perikanan atau pendampingan terhadap nelayan. Pertanyaannya adalah disaat ini lembaga Ngo/ Ingo dan BRR sudah tidak ada lagi di kepulauan Nias kemanakah para kaum muda yang potensial untuk bekerja tersebut ? apakah hal ini terkait dengan fenomena membludaknya pelamaran untuk menjadi CPNS ?

Gerakan Riset
Gerakan yang harus dimulai dan sangat cocok untuk konteks berbagai persoalan yang muncul di tengah – tengah masyarakat di kepulauan Nias adalah gerakan riset. Gerakan riset mensyaratkan kaum muda yang energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, suka tantangan dan mau ataupun peduli terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan dan berbagai potensi lainnya yang layak untuk dilaksanakan penelitian. Kepulauan Nias masih menyimpan banyak potensi luarbiasa diantaranya adalah kebudayaan dan sejarah yang masih misterius.
Sangat banyak persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Nias dan harus segera dicarikan pemecahan persoalannya. Harus dipahami bahwa munculnya riset adalah karena ada persoalan . Persoalan sejarah asal muasal orang Nias (ono niha ) yang belum dapat diangkat secara resmi sebagai sejarah tetap , barisan pulau pulau kecil yang menghampar, telusur goa, batu megalith , potensi bawah tanah dan laut yang exotic dan masih banyak keunikan lainnya yang menarik untuk diteliti lebih mendalam. Imajinasi manusia akan menghasilkan kreasi atau daya cipta - produksi . Kemudian , keinginan berdaya cipta akan merangsang otak manusia menuju sebuah industri ( peluang kehidupan ) demi mewujudkan generasi muda yang mandiri. Hanya ditangan generasi yang mandiri inilah selanjutnya dapat dihasilkan gerbong pergerakan ekonomi – politik yang mampu mendobrak suatu lingkungan yang kaku, tertinggal ataupun anti perubahan. Kepemimpinan selanjutnya ada ditangan mereka ( the next generation ) , mereka akan menjadi pemimpin di berbagai ruang kehidupan yang ada. Keunggulan mereka adalah mereka memahami persoalan, punya konsep , mau berjuang dan bekerja keras . Sekali lagi merekalah kaum muda yang visioner.

Gerakan Advokasi
Gerakan advokasi adalah model pergerakan yang paling banyak muncul di negara dunia ketiga atau negara berkembang. Terlibat dan meniti karier di arena advokasi ini juga adalah bagian dari pengabdian kepada anak negeri, pengabdian terhadap masyarakat luas. Tidak kalah dengan semangat perjuangan kaum muda di Nias menjadi CPNS untuk mengabdi kepada negeri. Terbukti dengan kelahiran tokoh sekelas OBAMA , diarena perjuangan kemasyarkatan seperti ini telah bertabur nama para pahlawan tanpa bintang dan tanda jasa namun banyak nama-nama mereka abadi dan tak pernah sejatinya akan mati. Mereka selalu dijadikan pedoman, namanya disebut-sebut dalam berbagai kisah perjuangan bahkan ditabalkan menjadi nama penghargaan , nobel atau prize ( hadiah ) disepanjang jaman menembus ruang ,batas negara dan waktu . Contohnya adalah Munir dari kontras dan masih banyak tokoh tokoh besar lainnya seperti Rendra WS ( aktivis seni-budaya ) . Gerakan advokasi pada umumnya mengusung nilai – nilai demokratisasi berbicara keadilan, kesetaraan, emansipasi , kemanusiaan dan bergerak melalui pola pemberdayaan - pendampingan untuk pencerahan masyarakat . Gerakan advokasi yang tepat adalah gerakan advokasi yang komprehensif yang mampu memberikan analisa dan solusi yang tepat terhadap berbagai persoalan – persoalan yang dialami oleh masyarakat banyak. Gerakan seperti ini mampu membangun perubahan , terobosan baru di setiap tempat.

Di negara-negara berkembang , gerakan advokasi tumbuh ibarat cendawan dimusim hujan karena di negara berkembang terhampar luas kemiskinan, pengangguran dalam jumlah besar, sekian banyak persoalan Hak Asasi Manusia, Eksploitasi sumber daya alam yang mengabaikan konsep ramah lingkungan hal ini terjadi akibat ulah manusia ( bencana ekologis ). Bencana alam seperti gempa dan tsunami yang terjadi, hampir tidak dapat lagi diprediksi kapan dan dimana dia akan singgah - kembali merenggut korban nyawa manusia .

Sebaliknya, banyak orang atau kelompok juga sering menyalahgunakan kepercayaan masyarakat. Hal ini dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang tidak bertanggungjawab dan mereka tidak memiliki pemahaman advokasi dalam arti yang sebenarnya . Para petualang ( orang yang tidak bertanggungjawab ) ini bermaksud ingin mendapatkan keuntungan dengan jalan yang pintas. Tidak jarang hal ini juga berlansung secara sistemik sebagai bagian dari usaha untuk mendelegitimasi citra LSM , citra pergerakan murni ( moral ) ataupun perjuangan kemasyarakatan ( civil society ) oleh karena kepentingan tanda kutip yang terganggu. Disetiap jaman selalu muncul pertanda seperti ini yakni kemunculan gerakan atau pergerakan palsu. Maka muncullah anekdot LSM plat hitam, LSM plat merah dan plat abu – abu. Kepada para kaum muda yang tertarik dan ingin meniti karier dibidang kehidupan seperti ini , tidak lupa juga disampaikan waspadalah selalu dan hendaknya tidak buta warna agar tidak salah menaiki gerbong kendaraan. Fenomena seperti ini sudah biasa dihadapi karena gerakan advokasi sejatinya akan selalu memberdayakan , mencerahkan dan menguatkan masyarakat – rakyat banyak yang pro terhadap perubahan .

20/11/09
Bung GL.