Jumat, 20 November 2009

LEMBAGA GEREJA DI NIAS DAN JARINGAN DOA NASIONAL MENYELENGGARAKAN SEMINAR DAN LOKAKARYA NIAS PASCA REHABILITASI REKONSTRUKSI



● Kegiatan dibuka secara langsung oleh Walikota Gunungsitoli , Drs. Martinus Lase, M.SP.
● Seminar dan Lokakarya berlangsung dari tanggal 29 September s/d 1 Oktober 2009 berlokasi di Farmers Training Center dihadiri oleh seratusan orang peserta berasal dari kalangan rohaniawan ( pendeta dan pastor ) unsur pimpinan lembaga gereja yang ada di Nias, pemerintah Kabupaten / Kota, ormas dan LSM / NGO.

Pada pembukaan acara kegiatan seminar dan lokakarya yang dilaksanakan tersebut, Walikota Gunungsitoli Drs.Martinus Lase, M.SP, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberlangsungan kegiatan seminar dan lokakarya tersebut. Pada kata sambutan yang disampaikannya secara langsung, Walikota berpesan bahwa Kota Gunungsitoli yang dipimpinnya saat ini, jika Tuhan memberkati akan menjadi “ Kota Samaeri yakni Ina Sondrorogo mari , Satukan langkah dan tekad dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri yang tentunya harus didukung oleh Iman yang Kuat.

Secara umum seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan seminar dan lokakarya tersebut berlangsung dengan sukses. Tempat kegiatan acara sangat mendukung karena para peserta dapat berkonsentrasi dan merasa nyaman . Hamparan tanaman pertanian terlihat di sekeliling lokasi pertemuan yang dikelola oleh Farming Training Center . Tanaman cabe yang berbaris di bedengan dan arsitektur box rumah di sekeliling lokasi, membangun apresiasi peserta terhadap alam sekitar , betapa besarnya peluang pembangunan ekonomi- pertanian di Nias .

Hari pertama (29/9/2009 pukul 09.00. Kegiatan diawali dengan renungan doa yang dibawakan oleh Pdt.MA.Lase,S.Th dilanjutkan dengan laporan dari ketua panitia Pdt.Sarofati Gea S,Th. Beliau menggugah hati dan kesadaran semua peserta melalui penyampaian latar belakang kegiatan mengingatkan mengenai pentingnya shalom dan pentingnya kesejahteraan masyarakat . Kita sadari bersama bahwa diantara pimpinan umat beragama di Nias semakin sangat sulit untuk mendapatkan titik temu, semakin terdapat sekat-sekat antara unit-unit gereja yang ada , lebih lanjut Gereja juga dalam konteks kepemimpinan, masih gagal dalam mengisi ruang – ruang yang ada , perjuangan nilai dan moral, menuju kepemimpinan yang berkualitas di Nias. Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia menyampaikan latar belakang dan garis besar rangkaian pelaksanaan kegiatan . Dengan seluruh rangkaian kegiatan yang akan disajikan , Ketua Panitia berharap , peserta memiliki cakrawala berpikir yang lebih meluas, sehingga tidak menemukan kendala dalam pembahasan yang lebih mendalam di tingkat komisi nantinya. Pada hari terakhir kegiatan diharapkan telah dapat menghasilkan berbagai rekomendasi penting yang berguna bagi perkembangan gereja dan perkembangan masyarakat di Nias.

Sesi pemaparan strategi pembangunan oleh Kepala BAPPEDA Nias.
Dalam paparan yang disampaikan langsung oleh Ir. Agustinus Zega (Kepala BAPPEDA Kab.Nias) terdapat catatan penting mengenai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah dilaksanakan yaitu adanya hasil yang positif bagi perbaikan infrastruktur dan pemulihan kehidupan masyarakat pasca bencana alam gempa bumi 28 Maret 2005. Masih terdapat prasarana dan sarana yang belum tertangani dan atau belum tuntas penanganannya. Bahwa ada beberapa hasil pekerjaan BRR yang masih menyisakan permasalahan yakni mengenai kualitas pekerjaan yang rendah, masalah perumahan, bangunan yang belum berfungsi dan masalah transfer asset dan hasil rehabilitasi – rekonstruksi yang telah dilaksanakan belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh seluruh komponen masyarakat.
Adapun point-point untuk strategi pembangunan yang dipaparkan oleh Kepala BAPPEDA Nias adalah
1. Melanjutkan momentum rehabilitasi dan rekonstruksi ke fase percepatan pembangunan Nias secara menyeluruh (2010-2012).
2. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka terciptanya pemerintahan yang efektif, efisien, transpran, dan akuntabel.
3. Optimalisasi sumber-sumber pendanaan pemerintahan daerah untuk operasionalisasi, fungsionalisasi, dan pemeliharaan asset dan fasilitas yang terbangun.
4. Mengoptimalkan dukungan partisipasi masyarakat dalam fungsionalisasi, pemeliharaan dan pengembangan asset privat (modal/peralatan/pelatihan) menuju kemandirian masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih mendalam , Beliau menerangkan bahwa BRR yang telah berakhir pada 16 April 2009 lalu , sekarang telah berganti nama menjadi BKRN dimana secara struktural BKRN terlembagakan secara Provinsi hingga Kabupaten. Secara tekhnis pelaksanaan , BKRN dilaksanakan secara langsung oleh Kepala dinas ( KADIS ) terkait. BKRN akan berakhir pada 31 Desember 2009. Tahun 2010 – 2012 adalah momentum fase percepatan, Pemerintah Kabupaten Nias bertekad untuk mewujudkan Nias baru yang maju, beriman, mandiri, dan sejahtera. Sasaran kita adalah pembangunan manusia. Ada tiga pilar yang menopangnya, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Landasannya adalah pembangunan infrastruktur.

Sesi Pembahasan Change ( Perubahan )
Pembahasan materi berikutnya yang dibawakan oleh Andre S. berjudul Change atau dalam bahasa yang mudah kita mengerti berarti Perubahan dipresentasikan dengan lugas, menggelitik dengan gerak tubuh atau mimik yang kocak .Secara otomatis, para peserta yang mengikuti sesi sore hari tersebut harus membuang rasa ngantuknya jauh-jauh bahkan sebaliknya kembali kelihatan segar dan sesekali terdengar tawa lepas dari peserta yang hadir. Fasilitator berusaha membongkar mitos-mitos yang ada di pikiran peserta terutama terkait wacana perubahan dan kepemimpinan .Paparan fasilitator selain disampaikan secara kocak juga sangat menggelitik menembus sendi kehidupan intelektualitas dan eksistensi yang terdalam umat manusia .
Berikut ini ditampilkan beberapa kalimat – kalimat yang menurut fasilitator sangat penting dalam sesi perubahan “ Change “ tersebut .

● Gereja adalah pengejawantahan dari Yesus ( Efesus 1 : 23 )
● Gereja adalah alatnya Tuhan, Gereja adalah Transformator oleh karenannya Gereja harus mengisi bebagai ruang kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan, ekonomi dan lain lain dengan prinsip membangun Kerajaan Allah.
● Dunia seperti yang kita temukan adalah mewarnai gereja adalah sebuah tantangan bagi kita semua seharusnya dalam tataran ideal Gereja-lah yang mewarnai dunia.
● Perubahan atau Change adalah sebuah drama kehidupan yang memberikan banyak ketakutan juga sekaligus harapan. Oleh karenanya, Perubahan dimulai dari diri sendiri , dari hal-hal yang kecil dan dari hal-hal yang paling mudah.
● Pemimpin seharusnya tidak takut pada kematian , karena kematian adalah pintu menuju kerajaaan surga.
● Kehidupan di dunia adalah ibarat Bab Pendahuluan dalam sebuah buku yang berisi Bab I, Bab II dan Bab selanjutnya adalah Bab istimewa yakni hidup dalam kekekalan.
● Pemimpin dalam hidupnya harus bersemangat .Telah banyak pendahulu , yang telah menjadi tokoh-tokoh perubahan di setiap zamannya karena Perubahan adalah pertanda kehidupan.
● Yesus menyukai Hati yang sama dengannya......Mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri. Hidup ini tidak bercerita tentang kita tetapi tentang Tuhan ......( Alfa dan Omega ).
● Penyebab sering terjadinya kegagalan suatu perubahan adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan yang tidak cukup kuat.
2. Salah melihat reformasi.
3. Sabotase di tengah jalan.
4. Komunikasi yang tidak begitu bagus.
5. Tidak adanya dukungan.
6. Tidak dimiliki ( tidak menjadi agenda seluruh komponen organisasi )

Sesi Pembahasan Ekonomi – Pertanian
Pada sore hari , dalam session yang dibawakan oleh John T. Pembicara bidang pertanian-ekonomi, Beliau dengan metode reflektif bercerita kepada peserta terkait dengan pengalaman hidupnya berkeliling negara-negara di dunia sebagai orang yang terpanggil untuk berjuang membangun dan mewujudkan kerajaan Allah di dunia, sesuai dengan bakat karunia yang diberikan Tuhan kepadanya. Pembicara menyebutkan bahwa dia berasal dari kalangan orang awam biasa, tidak sebagai pendeta atau bukan juga seorang pastor. Lebih lanjut , dengan presentase yang didukung oleh slide dan klip video yang berdurasi singkat, pembicara mempresentasikan bagaimana negara-negara di dunia yang tanahnya tandus dan gersang contohnya Tanah di negara Israel ( terlihat ditampilkan di slide ) dapat dieksplorasi bahkan menghasilkan buah – buahan terbaik di dunia. Kondisi tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya adalah masyarakat kepulauan Nias . Pembicara sebaliknya bertanya “ Apa yang salah dengan Kita ? Tanah di Indonesia dan termasuk di Nias ini terkenal subur , masyarakatnya pekerja keras. Lalu kenapa kita masih tertinggal dibandingkan dengan negara – negara lain yang barangkali kalah luas dan kalah subur tanahnya dibandingkan dengan negeri ini ? Selanjutnya Pembicara yang memang telah sangat mencintai dan memutuskan untuk memperdalam ilmu bidang pertanian secara praktis mengatakan bahwa persoalan terbesar adalah terletak pada Mind set ( konsep berpikir ) masyarakat kita .” Konsep berpikir kita harus ditata terlebih dahulu. Pembicara memberikan contoh cara bercocok tanam masyarakat lebih ditekankan pada aspek rasa, bukan pada pola perhitungan yang akurat. Bisa dilihat pada seringnya para petani mengatakan “ saya rasa bagus tanahnya, saya rasa airnya sudah bisa untuk mengairi pertanian , saya rasa disini cocok untuk menanam kelapa sawit dan kita temukan perkataan “ saya rasa pohon karet kita ini masih akan terus menghasilkan getah. Dengan penuh semangat , pembicara menegaskan bahwa konsep berpikir seperti itu tidak akan mewujudkan masyarakat Petani Indonesia yang sukses . Terdapat budaya yang salah yakni selalu mengedepankan “ rasa ” bahkan dalam bercocok tanam , masyarakat mengabaikan alat ukur yang sesungguhnya yaitu ilmu pengetahuan. Lebih lanjut , pembicara menjelaskan bahwa untuk melihat tanaman yang cocok untuk ditanam di suatu lahan pertanian dapat di teliti melalui alat ukur keasaman tanah atau biasa disebut pH tanah , alat ukur pH air, dan sekali lagi beliau menegaskan bahwa jikalau kita mau berhasil sebagai Petani yang sukses maka Mind set harus kita ubah terlebih dahulu. Apa yang telah dipaparkan oleh John T. sejujurnya telah membangun kegelisahan yang mendalam di pikiran peserta. Fasilitator menyampaikan bahwa satu kesulitan terbesarnya saat ini adalah persoalan lahan yang tidak ada (ditampilkan di slide ) terlihat kondisi rumahnya yang hampir setiap sudut hingga diatap rumah dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman organik. Peserta memahami bahwa John T. memiliki sense of crisis yang tinggi terhadap pengoptimalan fungsi tanah dan bagi peserta hal ini sangat menggelisahkan karena begitu sangat luas tanah yang belum berfungsi optmal di kepulauan Nias.

Sesi Pembahasan Kepemimpinan dan pembahasan Ekonomi – Pertanian
Memasuki hari kedua (30/9/2009) pelaksanaan kegiatan seminar dan lokakarya, Sesi pembahasan pertama adalah mengenai bidang kepemimpinan yang dipresentasikan oleh Martin Harefa, S.Th. kemudian dilanjutkan dengan materi pendalaman bidang pendidikan dan pengembangan SDM yang dibawakan oleh Andre S.

Pada bidang kepemimpinan, Fasilitator menggugah kesadaran semua peserta bahwa semua umat kristiani harus siap menjadi pemimpin di setiap ruang kehidupan. Selanjutnya , Fasilitator menyampaikan bahwa terdapat tujuh perubahan yang dibuat oleh Musa untuk menjadi seorang pemimpin dikutip dari kitab ( keluaran:18 ) yaitu :
1. Menjadi seorang Pendoa
2. Berkomunikasi
3. Dia membentangkan visi-nya (ayat 20 )” kemudian ....
4. Musa melakukan sebuah perencanaan (ayat 20 )
5. Dia memilih dan melatih para pemimpin (ayat 21 ).
6. Dia memberikan kebebasan kepada orang-orang yang dikembangkannya sesuai dengan karunia-karunia yang dimiliki (ayat 22 ).
7. Dia hanya mengerjakan apa yang mereka tidak dapat kerjakan (ayat 22 ).
Fasilitatator memaknai sebutan sebagai Pelayan Tuhan dan sebutan sebagai Pemimpin. Pelayan Tuhan mendapatkan kepuasan dari melakukan pekerjaan melayani Tuhan (menggembalakan umat ) dan fokus pada bagaimana memenuhi kebutuhan. Sebaliknya Pemimpin mendapatkan kepuasan dengan cara memperlengkapi orang lain untuk melakukan pekerjaan ( memberdayakan yang dipimpinnya ) dan fokus pada bagaimana menciptakan sesuatu .

Memasuki hari ketiga pelaksanan kegiatan (1/10/2009) peserta seminar dan lokakarya telah bersiap untuk berdiskusi menurut pembahasan pada Komisinya masing-masing . Komisi dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris komisi. Diantara peserta terlihat FG. Martin Zebua ( mantan Sekdakab Nias ) turut hadir sebagai peserta . Beliau intens memberikan respon terhadap materi yang dibahas, demikian juga dari unsur gereja katolik dalam hal ini Pastor Adifeti Telaumbanua (dekanus dekanat ) turut mengambil peran sebagai Ketua Komisi –II bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, kemudian Ferieli Zalukhu dari unsur Masyarakat Katolik ; Pdt. E.K. Waruwu, S. Th, S.IP, M.Min ( ONKP ); Pdt. Oc. Bangun, S. Th, M. Min ; ( GKB ) ; Pdt.Onangego War (GBI ), Raradodo Daeli, S.IP , Ir.Elimonoku Telaumbanua, dan sejumlah tokoh – tokoh lainnya turut ambil bagian dalam sesi tersebut.
Pembahasan dimasing-masing komisi berjalan sangat alot dan serius , hanya nampak Ketua Panitia Kegiatan Pdt.Sarofati Gea, S.Th. kelihatan berkeliling disetiap kelompok guna memantau kelancaran proses pembahasan. Melalui sidang pleno yang melibatkan peserta dari semua komisi dihasilkan rekomendasi-rekomendasi penting berupa aksi, dan point penting yang akan disampaikan kepada beberapa pihak seperti pimpinan-pimpinan gereja, kepada lembaga legislatif (DPRD) , kepada LSM / NGO , kepada pihak swasta dan kepada pihak lembaga pemerintah kabupaten / kota.
Adapun beberapa point – point penting sebagai rekomendasi diantaranya adalah mengenai
• Pentingnya pembangunan komunikasi yang rutin antara pimpinan-pimpinan gereja baik informal maupun informal dan pentingnya membangun monumen (tugu , simbol) yang mencerminkan kekristenan di Nias. ( Komisi Unity )
• Himbauan kepada pemerintah terutama kepada dinas pendidikan mengenai pentingnya rekruitmen dan penempatan tenaga pendidik ( guru ) secara lebih merata dan berkeadilan. (Komisi pendidikan dan pengembangan SDM )
• Pentingnya pembangunan sarana prasarana pendidikan terutama perpustakaan umum , perpustakaan daerah sebagai cerminan budaya yang memprioritaskan pada pembangunan di bidang pendidikan dan pengembangan SDM.
• Lembaga Gereja dapat bekerjasama dengan berbagai lembaga LSM /NGO dan merekomendasikan agar pihak LSM/ NGO dapat melaksanakan kegiatan pemberdayaan, pendampingan (fokus non fisik ) guna mewujudkan kewirausahaan yang tinggi , yang diselenggarakan secara merata dan menyeluruh di seluruh pelosok desa kepulauan Nias terutama terkait bidang usaha pertanian . (Komisi Ekonomi – Pertanian ).
• Merekomendasikan pentingnya gereja mewarnai berbagai ruang kepemimpinan di daerah, pentingnya kaderisasi dan kegiatan – kegiatan pelatihan ataupun seminar bidang kepemimpinan .
Setelah dikonfirmasi kepada Ketua Panitia Kegiatan Seminar dan Lokakarya, Pdt.Sarofati Gea, S.Th. , Beliau menyampaikan dengan optimis bahwa kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi akan dilanjutkan dengan agenda-agenda berikutnya sesuai dengan kesepakatan bersama dengan seluruh peserta, diantaranya adalah adanya pertemuan komisi, pertemuan rutin dan kegiatan doa bersama (sekali tiga bulan).

Gst /19/11/2009
Bung GL

Tidak ada komentar: